Sunday, 17 December 2017

#WeStandWithPalestina


- Oleh : Taufik Ismail.

Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu

Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi airmataku.
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka – tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar.
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi 
‘Allahu Akbar!’ dan ‘Bebaskan Palestina!’
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalah ‘laquwwatta illa bi-Llah!’

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.

- Oleh : Asep Sambodja.
Palestina! Palestina!
aku melihat palestina yang terluka
dan berdarah lagi
israel baru saja mengirim pesawat pembom F16
yang berisi malaikat pencabut nyawa
ke jalur gaza
hingga 870 orang mati
di gaza city
aku melihat palestina terluka teramat dalam
oleh tentara-tentara ehud olmert,
ehud barak, dan tzipi livni
dan 3.000 orang terluka lagi
bermandi darah lagi
tahun baru
membawa luka baru
meski yasir arafat dan isaac rabin
pernah bersalaman
di depan bill clinton
di tahun 1993
tapi apa arti salam-salaman simbolik itu?
apa arti senyum simbolik amerika itu?
mahmoud abbas, apa katamu
setelah ratusan jiwa mati lagi?
ismail haniyah, haruskah ada yang mati lagi?
perang ini mengisi sejarah sepanjang hidupku
sebelum aku lahir hingga kiamat nanti
perang ini akan terjadi lagi
dan lagi dan lagi…
masih mujarabkah doa?
masih berartikah airmata?
aku tak habis pikir
kenapa PBB tak mengirimkan pasukan perdamaian
di jalur gaza,
tepi barat,
dan yerusalem?
Kenapa?

0 komentar:

Post a Comment