Saturday, 3 March 2018

Review ' Jembatan Pensil ' : Belajar Pada Alam


Perjuangan anak-anak usia Sekolah Dasar (Inal, Nia, Aska, Yanti dan Ondeng) untuk terus mendapatkan pendidikan di sebuah Sekolah Gratis yang dibangun oleh Pak Guru. Inal yang tuna netra dan Ondeng yang memiliki ‘keterbelakangan’, tetap bisa menikmati masa-masa sekolah dengan gembira walaupun harus melalui perjalanan berliku untuk berangkat dan pulang sekolah.
Kemampuan Ondeng menggambar sketsa menjadi kesibukan hari-harinya di dalam maupun di luar sekolah, dia selalu ‘merekam’ semua yang menjadi ketertarikannya dalam gambar sketsa, termasuk kehidupan ayahnya yang seorang nelayan dan jembatan rapuh yang selalu dilalui sahabat-sahabatnya. Cita-citanya adalah untuk membangun jembatan yang setiap hari dilalui sahabat-sahabatnya itu. Ketika akhirnya jembatan rapuh itu rubuh saat keempat sahabat itu sedang menyeberang, tidak membuat semangat anak-anak itu pupus.
Ketakutan dan pikiran Ondeng yang selalu teringat ayahnya dan ketakutannya setelah ditinggal ayahnya membuat Ondeng lepas kendali dan tidak menyadari bahayanya membawa perahu sendiri ke laut.

Banyak pesan moral yang bisa kita petik dari film ‘Jembatan Pensil’ bertema pendidikan berpusat pada karakter anak-anak ini, seperti ddiantaranya kesuksesan terbesar dalam hidup adalah di saat kita berani mengejar mimpi dan cita-cita sesuai keinginan hati. Selain itu, film ini juga menyentil masalah dunia pendidikan kita di mana dalam proses belajar, yang sepantasnya dijadikan tujuan adalah pemahaman tentang ilmu, bukan sebatas nilai ataupun ijazah sebagai bukti kelulusan.

Film ini menampilkan kenyataan sebenarnya mengenai dunia pendidikan kita yang terasa tidak adil untuk sebagian orang.“Jangan menilai orang dari luarnya saja”, itulah pesan yang disampaikan oleh film pendidikan yang sarat moral. Ondeng yang memiliki ‘keterbelakangan’, tapi baik hati, peduli dan sangat perhatian pada teman-temannya. Sosok seperti Ondeng ada di tengah masyarakat kita yang biasanya sering menjadi bahan ejekan, padahal ia hadir menjadi pengingat kita bahwasannya manusia tidak ada sempurna. Kita tentu tidak berhak memperlakukan buruk pada orang lain yang terlihat berbeda dengan kita. Juga menyentil pada para orang tua untuk tidak membebani anak terhadap pencapaian-pencapaian yang harus ia raih. Film ini penuh dengan inspirasi yang terus melekat di hati kita penontonnya akan jasa guru yang sangat sayang dan menginginkan pelajaran terbaik pada setiap muridnya.

Jembatan Pensil bukan hanya bercerita tentang mimpi sederhana seorang Ondeng yang bercita-cita bisa membangun jembatan yang kokoh agar teman-temannya bisa dengan aman melewati jembatan menuju sekolah. Dibalik kerapuhan mentalnya, Ondeng bisa menjembatani teman-temannya untuk tetap menggenggam mimpi demi masa depan yang lebih baik. Dari sebatang pensil yang dimilikinya Ondeng mengingatkan kita semua, hal-hal yang baik atau buruk bisa kita tuliskan. Jika tulisan bisa dihapus, kenangan akan kebaikan atau keburukan akan selalu terpahat dalam kenangan. Kita tinggal memilih, akan menuliskan cerita indah atau kenangan buruk bagi orang lain di sekitar kita.
 

1 comment: