MEMAHAMI TAKDIR
MENYINGKAP HIKMAH
Sesungguhnya jika kita benar-benar memahami/mempelajari takdir Allah, tentu akan dapat menyingkap hikmah yang tersembunyi. Apabila kita telah mengetahui hikmah dibalik takdir, maka baik atau buruk keadaan yang kita terima tidaklah menggoyahkan kehidupan. Namun sayangnya, banyak diantara kita melakukan kesalahan dalam memahami takdir. Karena pemahaman yang salah itulah sehingga menyesatkan pula dalam memandang takdir Allah swt.
Seorang ulama salaf berkata," Janganlah berburuk sangka kepada Allah. Jangan membenci keadaan/nasib buruk. Karena bisa jadi sesuatu yang kau benci itu justru menyimpan kebaikan yang bermanfaat. Jangan terlalu terlena dengan keadaan/nasib baik. Siapa tahu di balik kebaikan dan keberuntunganmu itu menyimpan ular berbisa yang membahayakanmu."
Inilah perlunya mempelajari rahasia takdir Allah. Dengan mengkaji tentang takdir, kita akan menjadi manusia bijaksana dan berjiwa besar manakala berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan.
Kebanyakan orang menilai keadaan yang tidak menyenangkan adalah takdir buruk. Kemudian ia bersedih. Kadangkala menyesal, mengapa ia hidup. Lalu menyalahkan orang lain. Menyalahkan dirinya sendiri. Bahkan menyalahkan Tuhan. Menuding Allah tidaklah adil terhadap dirinya.
Dalam keadaan seperti ini, dunia terasa sangat sempit. Se sempit dadanya yang sesak. Kecemasan demi kecemasan menghiasi tidurnya. Ketakutan demi ketakutan menghadapi kenyataan membayangi dirinya. Semakin lama keadaannya semakin parah. Yang ditemui hanyalah tembok besar sebagai penghalang atau jalan buntu yang dirasa membendung langkahnya. Akibat semua itu, orang-orang semacam ini senantiasa dirundung kesedihan. Mereka selalu berburuk sangka kepada Tuhan. Kadangkala menyalahkan ibu yang pernah mengandungnya.
Sebaliknya, jika mendapatkan kebaikan dan kemudahan hidup, berkata nasibku sedang beruntung. Nasibku sedang baik. Tetapi sayang, karena kesenangan dan kemudahan itu, mereka lupa terhadap Allah swt, yang memberikan kemudahan tersebut. Mereka lupa diri dan tenggelam dalam gaya hidup yang berlebih-lebihan. Kadang-kadang mereka merasa bahwa nasib baiknya itu karena sebab-sebab tertentu. Misalnya karena berkah ulama, berkah dari tempat-tempat keramat, atau berkah sedekahnya.
Gambaran tersebut adalah keadaan dari kebanyakan manusia yang kurang memahami rahasia dan hikmah takdir. Mereka kurang mengerti tentang seluk-beluk dan makna takdir itu sendiri.
Orang arif dan bijak tidaklah demikian dalam menilai takdir. Mereka tahu bagaimana dan apa rahasia di balik takdir hidupnya. Jika misalnya berada dalam keadaan 'tidak menyenangkan', mereka tidaklah berkeluh kesah. Namun menunggu dan mencari kebaikan di balik 'nasib buruknya.' Sebaliknya, jika mendapati kehidupan 'yang menyenangkan' atau bernasib baik, mereka tidak lupa diri dan tidak berlebih-lebihan. Justru ketika berada dalam puncak kejayaan, mereka sangat berhati-hati dalam bersikap, baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhannya. Mereka menyadari bahwa di balik kenikmatan itu tersimpan cobaan.
Sungguh berbeda, orang yang paham betul tentang takdir dan mereka yang tidak mengetahui rahasia kehendak Allah. Oleh karena itu, mengkaji kitab qadha dan qadar (takdir Allah) sangatlah penting bagi kematangan jiwa dan kesempurnaan hidup.
-diambil dari buku "Kun Faya Kuun' karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
0 komentar:
Post a Comment